Memulai “mengajar” secara tidak sengaja


Artikel kali ini sangat sederhana, sekedar ingin menceritkan kenapa saya bisa terjebak cinta pada pekerjaan saya, menjadi pengajar. Sehingga pada akhirnya, ketika semua orang bertanya hal apa yang saya paling senangi saat ini, ialah mengajar. Bermula dari sini, saya akan menceritkan bagaimana Allah membuka hati saya pada pekerjaan saya anggap mulia ini. Pekerjaan yang nilai pahala nya tidak akan putus.







Dahulu saya berfikir mungkin saya tidak akan bisa menulis artikel dengan perasaan tulus, pada nyatanya sampailah saya di detik ini juga. Saya adalah orang yang terlahir di keluarga guru, ayah saya guru Bahasa Inggris dan Ibu saya guru Bahasa Inggris dengan basic pendidikan D2. Tentulah ajaran yang ditanamkan dirumah kurang lebih dari kecil sudah biasa mendengan bagaimana mereka mencari solusi mengajar anak-anak daerah yang sangan sulit belajar Bahasa Inggris. Tumbuh dalam keadaan kelaurga guru yang tinggal didaerah, membuat saya yakin tidak suka pada pekerjaan guru. Guru dimata saya adalah bukan sebuah pekerjaan mulia melainkan penderitaan selamanya. Ayah dan Ibu saya harus ke desa dengan penghasilan yang tidak meyakinkan, harus mengatur pola hidup agar cukup. Dan saya selalu menyesak karena tidak pernah dibelikan mainan karena mereka tidak punya uang lebih. Skip bagian ini, terlalu panjang dan sedih. Tamatlah saya dari SMA Negeri 5 Pontianak pada suatu hari dan seperti anak lain, masa penjajakan mencari kemana saja agar bisa kuliah.

Cita-cita waktu kecil saya ingin menjadi pramugari(tolong kalian jangan shock ya, soal cita-cita kecil ini). Kenapa pramugari? Setiap kali mendengar sanak keluarga bercerita atau ayah saya dari tugas, mereka akan bercerita seru tentang pramugari di pesawat yang cantik-cantik. Tentulah itu pekerjaan idaman bagi sebagian perempuan ketika semua orang asing memuji mereka cantik hingga pulang. Cita-cita kecil yang saya lupakan, kenyataan tidak mungkin secara fisik setelah saya berkaca sekian Tahun. Saya mengidamkan jurusan yang berkaitan dengan Bahasa. Saya suka bahasa Indonesia, dan segala macam kegiatan seperti membaca berita, drama, menceritakan pengalaman melalui tulisan. Cita-cita saya juga berubah ‘ingin menjadi wartawan’.

Saya mencoba masuk IPDN dan IP karena orang tua. Tidak lolos karena satu sebab, psikotes. Lalu, saya diharuskan kuliah ke Pendidikan Guru Bahasa Inggris, bukan Bahasa Indonesia. Saya mau-mau saja karena doktrin orang tua saya harus kuliah. Kuliah lah saya sekian Tahun dengan perasaan tidak ingin menjadi guru. Menurut saya, jurusan Bahasa Inggris sangat umum jika ingin masuk ke beberapa perusaahaan. Hidup lah saya dengan dunia pendidikan. Sampai pada akhirnya tibalah masa praktek lapangan. Saya harus mengajar selama 6 bulan di sebuah sekolah, dan saya memilih sekolah di daerah tempat ayah dan ibu saya tinggal agar bisa dekat dengan mereka. Mengajarlah saya selama 6 bulan di SMA Negeri 1 Sekayam. Apa yang saya temukan? Banyak sekali! Saya bisa memasukan filsafah pikiran saya kedalam diri mereka, saya melihat ada beberapa perubahan dari diri mereka. Itulah yang membuat saya tergerak bahwa ini pekerjaan luar biasa. Kebanggan yang didapat berbeda, kita harus memiliki karakter yang benar sejak awal agar sangat mencintai pekerjaan ini. Saya marah, sedih, kesal, bahagia yang sangat berarti dari mereka. Saya belajar dan berubah banyak dari PPL, sehingga dilain kesempatan saya melanjutkan mengajar anak SMP setelah luluh. Di titik ini, Allah maha dasyat memberikan gambaran bahwa kita media nya Tuhan untuk menciptakan semesta jauh lebih baik. Allah sediakan kita menjadi pribadi yang dibutuhkan di tempat yang beberapa oramg sangat butuhkan. Pekerjaan mengajar ini telah mengubah dan memberikan latihan untuk menjadi pengajar yang lebih baik setiap hari nya. Semua orang bisa saja salah berprasangka dan memaknai, tetapi mempelajari dulu tidak ada salahnya. Sekian dulu ya.


Komentar

  1. Berarti mengajar bukan semata-mata menyampaikan materi belaka, tapi ada nilai-nilai kehidupan yang kamu masukkan di dalam setiap pengajaran mu yg membuat orang lain bisa lebih baik dari keilmuannya dan karakter kpribadiannya. Tetaplah sperti itu "jadi diri sendiri yang berkarakter, berfikir filsafat dan beridiologi pancasila". Aku bangga pada mu Umairah Tiffany. Miss you ... Terindah

    BalasHapus

Posting Komentar